malam itu seluruh badan Otong terlihat bintik-bintik merah yang menempel dari mulai kepala, wajah, badan, tangan, paha, kaki semua tubuhnya tanpa terkecuali. seperti pori-pori di kulit, bekas merah itu tak bisa dihilangkan seperti kena kutukan penyihir malam yang menyebarkan nyamuk untuk melayang. tidak hanya melayang tapi
menyerang
sebelum kejadian itu, tepatnya beberapa tahun yang lalu:
pagi yang cerah terdengar suara pukulan orang-orang menjatuhi pukulan tepat dikepala, wajah, mulut, dada. kaki yang melayang sampai ke wajah, kaki, perut seperti bek menendang bola sekuat tenaga tanpa rasa bersalah. Otong berdarah darah. muka, hidung, bibir, mata bengkak, menonjol merah kehitaman di atas pelipis mata, seperti tidak berbentuk wajah. Otong melihat ke atas matanya memandang tajam pada elang yang terbang sendirian bagai raja yang bebas berpetualang. Otong ingin menjadi yang terkuat, ditakuti, bebas seperti elang yang tertangkap dimatanya.
untuk menjadi orang yang terkuat otong pergi mencari padepokan bela diri dinegri timur bumi. pada saat matahari mulai mngeluarkan sinar Otong berangkat menuju matahari yang terbit itu. jika malam datang Otong berhenti melakukan perjalanan dan menghitung bintang dengan jari-jari yang mulai menghitam akibat terpaan gelap tanpa penerangan. begitu Otong setiap harinya selama tiga hari tiga malam sampailah Otong di padepokan bela diri di timur negri.
menguatkan otot otot tangan dan kaki, melatih strategi, meringankan badan agar gesit dan lincah. otong menguasai jurus-jurus dengan mudah, ketekunan dan tekad untuk menjadi elang yang tak tertandingi di angkasa membara dalam tubuhnya.
sampai suatu hari di padepokan bela diri tidak ada yang kuat melawan otong, orang di persilatan mengakui Otong sebagai orang yang terkuat.
" siapa lagi ini yang melawan, semakin hari kalian semakin lemah" teriak Otong menyepelekan. guru padepokan melarang Otong bersikap sombong
"janganlah dulu bersikap sombong nak, di atas langit masih ada....." belum selesai guru bicara, Otong melemparkan tendangan ke arah Gurunya. Brukkkkkkkkk!!!
seperti paruh elang yang menyambar mangsanya.
Otong pergi tanpa pamitan padepokan, dia semakin kesal teringat masa lalu yang dulu dihajar. segara mungkin Otong melakukan perjalanan pulang. kali ini Otong melakukan perjalanan ke barat, saat matahari mulai gemircik mengeluarkan hangatnya Otong tidur dibawah pepohonan. jika malam datang dan hewan-hewan buas menantang, Otong melakukan perjalanan dengan menantang. bintang-bintang yang dulunya dihitung untuk menamani kini disepelekan.
di perjalanan Otong didatangi kabut hitam berputar seperti topan mendekati lalu berubah menjadi sesosok orang berpakaian hitam memegang benda tajam.Otong tak berani melawan, Otong gemetar, aura yang dipancarkan lelaki itu membuat ciut nyalinya. "
melakukan perlawann berarti sama saja dengan bunuh diri, orang-orang yang menghajarnya di desa akan tetap hidup dibumi" begitu hati membisik tubuh Otong. tanpa perlawanan Otong terduduk dengan muka tertunduk ditanah.
"jika ada saran tuan agar kekuatan bertambah, saya mohon kasih tau hamba" kata si Otong dengan terbatah-batah meminta saran.
"hahaha, manusia memang budak kekuatan. jika kau ingin kekuatan pergilah bertapa ke Gunung raksapura" katanya sambil tertawa lalu hilang di tengah rindang pohon besar dengan kabut hitam yang menerbangkan dedaunan.
setelah selesai bertapa Otong semakin menjadi-jadi kekuatanya. akhirnya Otong kembali kedesa yang telahg lama ditinggalinya.
Otong menjadi yang terkuat di desa. dengan cepatnya dia menjadi orang yang ditakuti akan kekuatannya. akibat kekuatanya Otong menjadi pemarah. gampang marah-marah semua dianggap salah. ada orang salah dikit sikat, hajar, bunuh itu sudah biasa. Orang-orang yang pernah menghajarnya dulu hilang seperti tertiup angin tanpa jejak. orang orang yang suka mengejek Otong kini jadi bawahan yang memijiti punggung dan membersihkan kuku-kuku kaki.
warga kampung yang sakti dan terkuat tidak ada yang berani kepada Otong. cerita cerita akan kekuatan Otong mulai tersebar.
"Otong dulu pernah bertapa di gunung raksapura. saat sedang bertapa hewan-hewan buas menjaganya mulai dari macan, singa, buaya, tikus bahkan semut tidak ada yang berani mengganggu ritualnya. akar-akar pohon membuat singgsana bagi Otong, daun-daun menjadi payung dari sengatan matahari dan hujan" kata warga sekitar
semakin warga kampung sering menceritakan kekuatan Otong, semakin banyak pula kesombongan yang ada pada diri Otong.
suatu malam Otong memarahi anak buahnya yang sakit karena gigitan nyamuk. dengan sombong Otong berucap
"sama nayamuk kecil aja sampai sakit dan ngabisin biaya buat perobatan, dasar lemah" sambil berucap dimuka anak buahnya yang lemah tak berdaya.
"jangan sampai kalian-kalian ini juga sakit apalagi sakitnya gara-gara nyamuk kecil" kata Otong sambil menunjuk muka-muka
anak buahnya.
suatu malam yang tak berbintang, ditutupi dengan awan hitam dengan suara burung hantu di pepohonan, sesekali terdengar suara anjing hutan yang melolong panjang di atas pebukitan seperti melihat seseorang. Otong berjalan sendirian sesudah meminum tuak bergalon-galon dan berjam-jam. Otong jalan sempoyongan kiri kanan kiri kanan sampai diteras rumahnya yang bergelantungan obor yang menyala sayup-sayup akan padam. sesampai dirumah Otong langsung tidur tanpa banyak alasan. terpejam, nyenyak sampai dialam mimpi gentayangan.
dalam mimpi itu Otong dikejar oleh nyamuk raksasa yang ingin membunuhnya. sebelumm lari, Otong berusaha melawan, berduel satu lawan satu dengan nyamuk tersebut. kalah. kekalahan itu membuat Otong harus lari agar nyawanya terselamatkan tapi nyamuk raksasa itu masih mengejar. berlari ke pebukitan masih tetap dikejar, berenang di lautan tetap diikuti sampai tepian, berlari ke gurun tetap diserbu sampai menuju mata air. Otong berhasil selamat ketika dia keluar dari mimpinya serta merasa ada bintik kecil merah ditanganya.
tak berselang lama Otong diikuti oleh satu nyamuk yang selalu menginginkan darahnya. setelah naymuk itu dibunuh ada nyamuk lain lagi yang selalu mengikuti Otong.
"tolong-tolong, ada nyamuk gila yang mengganggu saya" tariak-teriak si Otong keluar rumah hingga keramaian desa. para warga melihat Otong hanya terheran-heran
"ini yang gila nyamuk apa si Otong, jelas-jelas nggak ada nyamuk yang mengikutinya" kata warga berbisik, sambil mendekati dan melihat dari dekat si Otong, memang benar , nyamuk tidak ada yang mengikuti Otong, tapi Otong merasa diikuti oleh nyamuk yang setiap detik semakin banyak seperti sebuah gerombolan lebah yang mengejar.
"matane do picek kabeh" otong terus berlari, anak buahnya tidak ada yang berani mendekati takut dimarahi malah
iso-iso mati.
hari menjelang malam Otong masih berlari, dia berlari menuju pebukitan berharap tengah malam membuat buta para nyamuk yang menyerang. tapi nyamuk semakin malam semakin berkembang, semakin banyak, semakin mengganaskan. Otong tetap tidak bisa membuat nyamuk itu pergi walau sudah mengeluarkan jurus-jurus andalan. semakin malam, semakin gelap bintang dan bulan hanya menonton kasihan. perlawanan otong sampai pada ujung malam. Otong pun tenggelam dalam temaram.
keesokan harinya para warga menemukan tubuh Otong penuh dengan gigitan nyamuk diseluruh tubuhnya.
"padahal dari kemarin dirumah nggak ada sama sekali nyamuk ya"
"iya, lihat aku aja tumben nggak ada bekas nyamuk di tangan. biasanya ada walaupun cuma satu" para warga saling berbisik terheran heran.
"otong mati, berbintik merah darah"